Bismillahirrahmanirrahiim.
Pelatihan ini dibuka dengan paparan fakta bahwa
negara-negara kawasan Asia Barat dan Selatan termasuk Indonesia sangat
tertinggal dari negara-negara kawasan lainnya karena ternyata menurut penelitian
UNESCO (2014) banyak sekolah di negara-negara tersebut tidak memberikan
pembelajaran yang mendasar bagi siswanya. Sebagai seorang pendidik tentu kita
mempunyai peran penting dalam menata kembali proses pembelajaran di dalam
kelas.
Deep Learning
Apa sih deep learning itu? Kita bisa memaknainya dengan
berbagai istilah. Yang pasti sesuatu yang dapat membentuk seseorang menjadi
pembelajar seumur hidupnya. Untuk itu siswa harus diberikan cara untuk
mengembangkan keterampilan dasar yang meliputi berfikir kritis dan penyelesaian
masalah, kreatifitas dan imaginasi, kerjasama dan komunikasi, digital literasi,
kewarganegaraan serta kepemimpinan dan pengembangan diri.
Bertanya
Ternyata bertanya itu bisa membuat siswa kita mendapatkan deep learning loh. Mengapa? Selama ini
pertanyaan yang digunakan sebagai brainstorming bersifat recall saja. Sebaiknya
kita gunakan moment brainstorming untuk terus menggali tingkat berfikir mereka
sampai pada tahap tertinggi. Jangan terlalu dini mengharap pertanyaan dari
siswa karena belum menjadi budaya kita. Suatu saat nanti mungkin. Guru yang
harus menyiapkan pertanyaan-pertanyaan.
Masih ingat Taksonomi Bloom? That’s good. Mengapa tidak kita
gunakan keterampilan bertanya yang kita pelajari dari Taksonomi Bloom dari
jenjang hafalan sampai jenjang tertinggi? Takut siswa tidak bisa menjawab? So
bila demikian mengapa tidak kita permudah bentuk pertanyaannya sampai mereka
paham pertanyaan kita?
Taksonomi Bloom bisa digunakan pada semua jenjang dan mata
pelajaran. Tidak ada jenjang dalam Taksonomi Bloom yang dikhususkan pada
kelompok siswa tertentu. Contoh bila siswanya kurang mampu berfikir maka
cocoknya diberi pertanyaan jenjang rendah saja atau sebaliknya. Pemikiran
seperti ini jelas salah. Setiap tingkat pada Taksonomi Bloom ada tujuannya
masing-masing. Dengan demikian bila guru meramu dapat pertanyaan dari semua
jenjang tersebut maka itulah yang disebut pertanyaan efektif. Maka disinilah
tantangan kita sebagai guru, bagaimana cara agar setiap siswa kita memiliki
keterampilan berfikir tingkat tinggi. Sehingga mereka dapat berfikir kritis
dalam segala hal termasuk dalam menerima informasi.
Teknik Bertanya
Teknik bertanya ini bisa digunakan sebagai daftar ceklis
pada persiapan mengajar.
1.
Menyiapkan serangkaian pertanyaan sebagai bagian
dari RPP.
2.
Gunakan variasi bertanya pada Taksonomo Bloom.
3.
Berhenti sejenak setelah melontarkan pertanyaan
untuk memberikan siswa waktu berfikir.
4.
Berikan semua siswa kesempatan untuk menjawab.
5.
Libatkan semua siswa untuk berfikir.
6.
Berikan petunjuk yang bervariasi untuk mendorong
jawaban dan alasan lebih lanjut.
7.
Gunakan jawaban siswa sebagai awal pertanyaan
lanjutan.
8.
Ikuti alur fikiran siswa yang memberikan jawaban
yang salah.
9.
Libatkan siswa lain dalam diskusi setelah siswa
memberikan jawaban.
Jenis Pertanyaan
1.
Tertutup,
jawaban sudah pasti, dan penanya sudah punya jawabannya. digunakan untuk
mengingat dan tidak mendorong pemikiran dan pembelajaran yang dalam.
2. Terbuka, memiliki variasi jawaban
bergantung seberapa dalam pemikiran siswa. Lebih dari sekedar hafalan. Orang
yang menjawab pertanyaan memegang kendali jawaban.
3. Permukaan, mendatangkan satu ide atau
gagasan lebih. Butuh pemahaman untuk menjawab dengan baik.
4. Dalam, menghubungkan beberapa ide dan
gagasan lebih lanjut.
Digital literacy (melek digital) merupakan kemampuan untuk
memahami bagaimana sebuah teknologi dapat digunakan dalam pembelajaran yang
efektif dan mengembangkan keterampilan mencari, mengorganisasikan, memahami,
mengevaluasi, menganalisa, mengkomunikasikan, bekerja sama serta menciptakan
dan mempraktekkan pengetahuan dan informasi yang efektif. Jadi teknologi
merupakan sarana belajar untuk memecahkan masalah yang menjadi perhatian kita
sebagai penduduk dunia.
Kewarganegaraan saat ini bukan lagi tanggung jawab guru PKn,
melainkan tugas semua guru. Mengapa? Karena masalah yang kita hadapi sekarang
bukan lagi masalah lokal melainkan global. Contoh masalah asap di Riau
terjadinya di Riau tetapi dampaknya bahkan ke beberapa negara tetangga sehingga
perlu ditangani bersama. Untuk itu rasa kepedulian pada bangsa lain, rasa
memiliki, rasa kebersamaan, empati harus ditumbuhkan untuk mempersiapkan siswa kita
sebagai warga negara dunia yang memiliki kesadaran global.
Dalam pelatihan ini ada saat kami berkelompok diberi
tantangan membuat sesuatu dari batang es krim. Kami berdiskusi membuat
kesepakatan hasil karya kami dan bekerja sama membuat hasil karya yang menjadi
kesepakatan bersama. Dalam proses kami menemukan hambatan dan kembali
berdiskusi untuk memecahkan masalah dan kembali menyelesaikan tugas kami.
Setelah itu kami diminta mempresentasikan hasil karya kami dengan menjelaskan
apa yang kami buat dan bagaimana prosesnya serta kendala-kendala yang kami
hadapi dalam membuatnya. Dalam aktifitas ini kami bekerja sama, berkreatifitas,
mencari solusi masalah, dan berkomunikasi.
Selain itu kami juga berdiskusi mengenai penggunaan teknik
role play, small group discussion, think pair share, whole class discussion,
brainstorming di dalam kelas sebagai bagian dari teknik komunikasi. Mungkin perlu
dibuatkan peraturan dasar di kelas agar siswa dapat berkomunikasi dengan baik,
menghargai pendapat orang lain, dan merasa nyaman ketika berkomunikasi bersama
teman-teman.
Kreatifitas akan muncul bila kita berada dalam masalah.
Setuju? Bisa jadi. Dikatakan kreatifitas akan meningkat ketika diberikan
kebebasan yang seluas-luasnya. Sehingga ketika ada batasan, aturan maka
kreatifitas akan menurun. Menurut pendapat pribadi, kebebasan harus diberikan
seluas-luasnya agar timbul kreatifitas yang tinggi namun ketika harus
berinteraksi dengan manusia lain maka aturan harus diterapkan untuk kenyamanan
bersama. Setuju? Menurut Einstain, kreatifitas adalah intelligent in fun.
Demikian rangkuman pelatihan yang saya rasa masih banyak
kekurangannya. Semoga bermanfaat.