Sabtu, 20 Juli 2019

VCT batch 5 Jakarta

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh
Bapak ibu pendidik dan tenaga kependidikan, pemerhati pendidikan,
Telah hadir kembali Virtual Coordinator Training batch 5 yang akan membantu praktisi pendidikan menghadapi tantangan pendidikan 4.0. Training ini memberikan peserta, pengalaman langsung dalam mengolah webex, kegiatan persiapan serta paska mengolah webex. Training ini bernilai 40 jam dengan waktu pelaksanaan tugas selama satu bulan. Tugas bisa dilaksanakan di waktu senggang. Ayo bergabung bersama guru hebat lain untuk menyongsong pendidikan era baru.

potermywall.com

Sabtu, 04 Mei 2019

Virtual Coordinator Indonesia Batch 4 DKI Jakarta

Sebagai guru profesinal, penting bagi kita untuk terus belajar dan belajar. Saat ini guru dihadapkan pada tantangan revolusi pendidikan 4.0. Sesuai dengan karakter revolusi tersebut, guru dituntut untuk dapat melaksanaan pembelajaran secara daring baik itu kepada peserta didik maupun teman sejawat. untuk itu SEAMEO mengadakan pelatihan VIRTUAL COORDINATOR Batch 4 untuk membantu guru dalam menjawab tantangan tersebut.
Ayo bergabung dan jadilah guru milenial

Minggu, 27 Desember 2015

An Introduction to Core Skills for Teachers



Bismillahirrahmanirrahiim.

Pelatihan ini dibuka dengan paparan fakta bahwa negara-negara kawasan Asia Barat dan Selatan termasuk Indonesia sangat tertinggal dari negara-negara kawasan lainnya karena ternyata menurut penelitian UNESCO (2014) banyak sekolah di negara-negara tersebut tidak memberikan pembelajaran yang mendasar bagi siswanya. Sebagai seorang pendidik tentu kita mempunyai peran penting dalam menata kembali proses pembelajaran di dalam kelas.

Deep Learning
Apa sih deep learning itu? Kita bisa memaknainya dengan berbagai istilah. Yang pasti sesuatu yang dapat membentuk seseorang menjadi pembelajar seumur hidupnya. Untuk itu siswa harus diberikan cara untuk mengembangkan keterampilan dasar yang meliputi berfikir kritis dan penyelesaian masalah, kreatifitas dan imaginasi, kerjasama dan komunikasi, digital literasi, kewarganegaraan serta kepemimpinan dan pengembangan diri.

Bertanya
Ternyata bertanya itu bisa membuat siswa kita mendapatkan deep learning loh. Mengapa? Selama ini pertanyaan yang digunakan sebagai brainstorming bersifat recall saja. Sebaiknya kita gunakan moment brainstorming untuk terus menggali tingkat berfikir mereka sampai pada tahap tertinggi. Jangan terlalu dini mengharap pertanyaan dari siswa karena belum menjadi budaya kita. Suatu saat nanti mungkin. Guru yang harus menyiapkan pertanyaan-pertanyaan.
Masih ingat Taksonomi Bloom? That’s good. Mengapa tidak kita gunakan keterampilan bertanya yang kita pelajari dari Taksonomi Bloom dari jenjang hafalan sampai jenjang tertinggi? Takut siswa tidak bisa menjawab? So bila demikian mengapa tidak kita permudah bentuk pertanyaannya sampai mereka paham pertanyaan kita?

Taksonomi Bloom bisa digunakan pada semua jenjang dan mata pelajaran. Tidak ada jenjang dalam Taksonomi Bloom yang dikhususkan pada kelompok siswa tertentu. Contoh bila siswanya kurang mampu berfikir maka cocoknya diberi pertanyaan jenjang rendah saja atau sebaliknya. Pemikiran seperti ini jelas salah. Setiap tingkat pada Taksonomi Bloom ada tujuannya masing-masing. Dengan demikian bila guru meramu dapat pertanyaan dari semua jenjang tersebut maka itulah yang disebut pertanyaan efektif. Maka disinilah tantangan kita sebagai guru, bagaimana cara agar setiap siswa kita memiliki keterampilan berfikir tingkat tinggi. Sehingga mereka dapat berfikir kritis dalam segala hal termasuk dalam menerima informasi.

Teknik Bertanya
Teknik bertanya ini bisa digunakan sebagai daftar ceklis pada persiapan mengajar.

1.       Menyiapkan serangkaian pertanyaan sebagai bagian dari RPP.
2.       Gunakan variasi bertanya pada Taksonomo Bloom.
3.       Berhenti sejenak setelah melontarkan pertanyaan untuk memberikan siswa waktu berfikir.
4.       Berikan semua siswa kesempatan untuk menjawab.
5.       Libatkan semua siswa untuk berfikir.
6.       Berikan petunjuk yang bervariasi untuk mendorong jawaban dan alasan lebih lanjut.
7.       Gunakan jawaban siswa sebagai awal pertanyaan lanjutan.
8.       Ikuti alur fikiran siswa yang memberikan jawaban yang salah.
9.       Libatkan siswa lain dalam diskusi setelah siswa memberikan jawaban.

Jenis Pertanyaan
1.       Tertutup, jawaban sudah pasti, dan penanya sudah punya jawabannya. digunakan untuk mengingat dan tidak mendorong pemikiran dan pembelajaran yang dalam.
2.       Terbuka, memiliki variasi jawaban bergantung seberapa dalam pemikiran siswa. Lebih dari sekedar hafalan. Orang yang menjawab pertanyaan memegang kendali jawaban.
3.       Permukaan, mendatangkan satu ide atau gagasan lebih. Butuh pemahaman untuk menjawab dengan baik.
4.       Dalam, menghubungkan beberapa ide dan gagasan lebih lanjut.

Digital literacy (melek digital) merupakan kemampuan untuk memahami bagaimana sebuah teknologi dapat digunakan dalam pembelajaran yang efektif dan mengembangkan keterampilan mencari, mengorganisasikan, memahami, mengevaluasi, menganalisa, mengkomunikasikan, bekerja sama serta menciptakan dan mempraktekkan pengetahuan dan informasi yang efektif. Jadi teknologi merupakan sarana belajar untuk memecahkan masalah yang menjadi perhatian kita sebagai penduduk dunia.

Kewarganegaraan saat ini bukan lagi tanggung jawab guru PKn, melainkan tugas semua guru. Mengapa? Karena masalah yang kita hadapi sekarang bukan lagi masalah lokal melainkan global. Contoh masalah asap di Riau terjadinya di Riau tetapi dampaknya bahkan ke beberapa negara tetangga sehingga perlu ditangani bersama. Untuk itu rasa kepedulian pada bangsa lain, rasa memiliki, rasa kebersamaan, empati harus ditumbuhkan untuk mempersiapkan siswa kita sebagai warga negara dunia yang memiliki kesadaran global.

Dalam pelatihan ini ada saat kami berkelompok diberi tantangan membuat sesuatu dari batang es krim. Kami berdiskusi membuat kesepakatan hasil karya kami dan bekerja sama membuat hasil karya yang menjadi kesepakatan bersama. Dalam proses kami menemukan hambatan dan kembali berdiskusi untuk memecahkan masalah dan kembali menyelesaikan tugas kami. Setelah itu kami diminta mempresentasikan hasil karya kami dengan menjelaskan apa yang kami buat dan bagaimana prosesnya serta kendala-kendala yang kami hadapi dalam membuatnya. Dalam aktifitas ini kami bekerja sama, berkreatifitas, mencari solusi masalah, dan berkomunikasi.

Selain itu kami juga berdiskusi mengenai penggunaan teknik role play, small group discussion, think pair share, whole class discussion, brainstorming di dalam kelas sebagai bagian dari teknik komunikasi. Mungkin perlu dibuatkan peraturan dasar di kelas agar siswa dapat berkomunikasi dengan baik, menghargai pendapat orang lain, dan merasa nyaman ketika berkomunikasi bersama teman-teman.


Kreatifitas akan muncul bila kita berada dalam masalah. Setuju? Bisa jadi. Dikatakan kreatifitas akan meningkat ketika diberikan kebebasan yang seluas-luasnya. Sehingga ketika ada batasan, aturan maka kreatifitas akan menurun. Menurut pendapat pribadi, kebebasan harus diberikan seluas-luasnya agar timbul kreatifitas yang tinggi namun ketika harus berinteraksi dengan manusia lain maka aturan harus diterapkan untuk kenyamanan bersama. Setuju? Menurut Einstain, kreatifitas adalah intelligent in fun.

Demikian rangkuman pelatihan yang saya rasa masih banyak kekurangannya. Semoga bermanfaat.





Minggu, 30 November 2014

Sepenggal Hati di KAmpus Hijau

Sepenggal hati di kampus hijau.

Pagi itu bertepatan pada hari peringatan Ibu Kartini tiga belas tahun yang lalu, Universitas Negeri Jakarta menyelenggarakan Wisuda tahun 2001 di depan lapangan Perpustakaan dalam kampus A. Seluruh wisudawan dan wisudawati duduk menunggu prosesi wisuda di mulai dengan saling bercakap-cakap, memperbaiki riasan dan berfoto ria. Mereka berpakaian wisuda model terbaru dengan kerah lebar  berwarna warni dan berjuntai di belakang. Toga dengan rangkaian tali kur berwarna sesuai dengan tingkatan masing masing menjuntai di sisi kiri telah siap dipindahkan ke sisi kanan sebagai tanda simbolis para wisudawan dan wisudawati telah lulus secara resmi dari universitas Negeri Jakarta. Posesi ini akan diikuti oleh menyerahan ijazah yang akan dilakukan di fakultas masing-masing.

Salamah juga duduk bersama teman temannya pada kursi bagian tengah. Dia duduk dengan gelisah karena tak sabar menunggu posesi wisuda dimulai. Bukan itu saja yang menjadi penyebab kegelisahannya. Undangan pernikahannya belum selesai dicetak sedangkan hari pernikahan hanya tinggal 2 minggu lagi. Ia menimbang-nimbang kapan waktu yang tepat menyampaikan kabar ini pada teman-temannya. Selama ini ia belum penah bercerita pada siapapun bahwa ia telah dilamar dua minggu lalu. Bahkan kepada sahabatnya sendiri yang masih berkutat dengan skripsinya pada saat itu. Setelah sidang wisuda, ia memang jarang bertemu dengan teman-temannya. Mereka sibuk dengan urusan masing-masing.

 Salamah merasa beruntung dapat menyelesaikan kuliahnya dalam kondisi perekonomian keluarga yang pas-pasan. Fakultas pendidikan yang dipilihnya adalah jurusan yang sesuai dengan kantong orang tuanya yang sederhana. Salamah bersukur  diterima di Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris yang menjadi jurusan favorit di universitas tersebut. Ia menyelesaikan kuliahnya sambil bekerja membantu perekonomian orang tuanya. Tentu saja hal ini mengganggu kosentrasi belajarnya sehingga ia bukan termasuk mahasiswi yang cemerlang.

Posesi wisuda sudah selesai, para wisudawan beranjak menuju fakultas masing-masing. Dalam aula Fakultas telah penuh oleh para orang tua wisudawan yang duduk menunggu. Sebagaimana telah diatur dalam gladi resik kemarin, para wisudawan berbaris menurut nomor urut daftar penerima ijazah di pintu masuk. Pembagian ijazah ini akan dimulai ketika para dekan dan dosen sudah siap di atas panggung penghargaan. Salamah ikut menunggu di pintu masuk. Sekarang teman-teman satu jurusannya berkumpul membentuk barisan.
Luqman, teman satu jurusan menghampirinya dan memandangnya lekat-lekat.
“Ada apa Man?”
“Enggak ada apa-apa. Sal pake lipstick yah?”
“ Enggak kok Cuma pake lipsgloss. Kelihatan ya. Tadi Ida yang kasih saran. Katanya bibirku pucat.”

Salamah tersipu malu. Belum pernah ada lelaki yang memperhatikannya sedemikian detail. Luqman, pemuda yang pernah menggetarkan hatinya dan sekarang berdiri bersisian sambil memperhatikannya membuat Salamah seakan melayang. Namun sekejap ia sadar ia sudah dilamar seseorang. “Ah, andai saja ia yang melamarku.” Bisik Salamah dalam hati, “Ayah pasti bangga dengannya.” Betapa tidak Luqman adalah mahasiswa kesayangan para dosen. Ia sangat berprestasi. Entah apa yang membuatnya menunggu 7 tahun agar dapat diwisuda. Luqman masih tetap berdiri disamping Salamah dan menatapnya tanpa berkata-kata apapun. Salamah merasa jengan dan malu. Luqman berdiri di luar barisan yang sudah tentu menjadi perhatian banyak orang.

Akhirnya para wisudawan dipersilahkan menuju Aula menempati kursi yang telah disediakan oleh pembawa acara melalui pengeras suara. Luqman bergegas kembali ke dalam barisannya. Salamah segera melupakan kejadian itu dan bersiap menunggu barisannya bergerak maju. Pembawa acara terus menerus membacakan naskah penyambutan baru berhenti  setelah semua wisudawan duduk pada kursi masing-masing. Acara segera dimulai dengan hikmat. Setelah sambutan yang disampaikan dekan fakultas pendidikan, acara disambung dengan pengumuman-pengumuman. Semua orang dapat mendengar Luqman disebut sebagai mahasiswa yang lulus dengan predikat cumlaud. Sebuah prestasi yangmembanggakan. Satu persatu wisudawan tampil di panggung menerima ijazah dari dekan langsung satu persatu. Rangkaian acara telah selesai. Salamah dan teman-teman saling mengucapkan selamat dan berfoto-foto sambil menunggu orang tua menghampiri.

Sementara itu, mata Salamah menangkap sosok Luqman yang sedang berjalan diiringi sepasang suami istri. Salamah menduga mereka adalah orang tua Luqman. Luqman dan Salamah bertatapan dari kejauhan. Salamah mendadak gelisah pandangan itu seakan mengatakan sesuatu yang dulu ia harapkan. Salamah bimbang, ia telah berjanji dihadapan dua keluarga untuk menerima seorang lelaki yang baru dikenalnya sebagai suaminya. Baginya janji adalah hutang yang harus ditepati. Namun berjalan dihadapannya sesosok yang ia harapkan mendampingi hidupnya datang dengan sejuta senyum dan pesona. Salamah harus mengambil keputusan dengan cepat. Melanggar janji atau kehilangan pesona impiannya. “Luqman seandainya engkau lebih cepat mengungkapkan perasaanmu” batin Salamah.

Luqman beserta orang tuanya semakin mendekati tempat Salamahyang masih berdiri mematung. "Apa yang harus kuperbuat ya robbi." Jerit Salamah dalam hati. Salamah harus mengambil keputusan dengan segera.
“Luqman.... selamat ya ....lulus dengan cumlaud. Pasti orang tuamu bangga deh.”
“Terima kasih. Sal, ada yang ingin saya bicarakan.”
“Aku juga man.!”
“Sal dulu aja deh.”
“Dua minggu lagi aku mau menikah, Man. Undangannya belum jadi nih. Tapi aq punya peta rumahku. Datang ya Man.”
Salamah telah mengambil keputusan. Ia memutuskan kehilangan pesona impiannya daripada menanggung hutang dan mempermalukan keluarganya.
“Kamu mau ngomong apa Man.”
“Ga jadi deh.”
Salamah langsung meninggalkan Luqman dan bergabung kembali dengan teman-teman wanitanya memberitahukan tentang rencana pernikahannya kepada mereka.

Salamah tahu ia telah mengecewakan Luqman. Ia hanya berharap Luqman datang lebih cepat mengungkapkan perasaanya. Sehingga ia tak kan pernah membuat janji dengan lelaki lain. Sepotong hati Salamah telah tertinggal di kampus hijau itu. Salamah pulang dengan perasaan hampa yang berusaha ditepisnya jauh-jauh agar tidak menghalangi langkah kehidupannya lebih lanjut.

Giving Instruction game: Evaluation and Improvement

"Giving Instruction" Game: Evaluation and Improvement 

One day I taught "Instruction" to my 8th grade class ( 13-14 years old) and used games for the strategy. I also wanted to teach my students to work collaboratively; to lead and to listen in English. After giving the objective of the lesson that day, I gave some examples of instruction sentences (Most of them did not know how to say and construct the sentences). Then, we went to the school field and started to play the game. The game itself needed 2 persons in a team and I asked 3 teams played in a session. One person in a team was asked to cover the eyes using a handkerchief. The other person in the team should use instructional sentences to direct his/her friend to get a box. They had to give the instruction in English as my examples in the class. 

Before the game started, I told that the winner was the team who could get the box at the first time. So each leader of the teams directed his/her teammate to where the box was placed. The game ran well but the leaders were frustrated directing his/her teammate to get the box because he/she went to the wrong direction. Because of that, the leaders started mixing English with Indonesian, their native language. They got more frustrated when the other team got nearer to the box. Then, they started shouting in Indonesian. Even though I reminded them to speak English many times, they seemed not listening. Every team wanted to be the winner. Everyone seemed happy but I was disappointed. The plan did not run well. 

In the class I asked them to discuss what they learned from the game. After that I asked them to write the instruction they gave and listened on their books. Then, the result was confirmed to their pairs. We concluded the learning process before prayed in closing. 

Before the game started I had imagined my students practiced the sentences. But then what happened? Yes, you are right. It was crowded. Every team wanted to be the winner. So what was wrong? After evaluating the learning process, I found the mistake. What was it? Yes, you are right again. I had given the wrong goal (Instruction) for the game. I yourshould state that the winner should be the team that uses good English Instructions and pronunciations. I think this would make the students practice "Instructional Sentences" clearly and correctly in English.

Next time, I am going to use the same game for teaching "Giving Instruction" because it is fun and interesting.To improve the activity, I will tell my students that the winner is the team that gives good instruction to direct his/her teammate to reach the box. I am also going to record the moment using video or photograph. Then, I will ask them to describe the moment using the photograph. Then, upload the writing on our class blog.


that's my idea for improvement. It may not be perfect, so I still need your opinion about how to improve it to match 21st century learning.  I look forward to your suggestions at e-mail: sukma230@outlook.co.id